Worst Mistake Ever
Cast: -Park Jungsoo / Leeteuk ‘SJ’
-Kim Taeyeon / Taeyeon ‘SNSD’
-Kang Sora
-Lee Donghae / Donghae ‘SJ’
-Lee Hyukjae / Eunhyuk ‘SJ’
-Kim Junsu / Junsu ‘TVXQ’
-Jessica Jung / Jessica ‘SNSD’,
-Lee Jinki / Onew ‘SHINee’
Genre: Romance
Leeteuk’s POV-
-Koridor sekolah, 09.25 am-
“OPPAAAAAAAA!!!!!!”
Aish, suara yeoja itu, lagi. Kenapa sih setiap hari aku harus selalu mendengar suara yeoja itu? Kenapa setiap hari aku harus selalu bertemu dengan yeoja itu? Kenapaㅡ
“OPPA!” Yeoja itu akhirnya sudah ada di hadapankuㅡdiikuti dengan cekikikan geli dari beberapa yeoja dan namja di sekitarku dan dia. Yah, jelas saja. Ada juga seorang yeoja naif kelas 1 yang berani mendatangi area namja-yeoja kelas 3. Pakai berteriak-teriak segala, lagi. Jelas saja mengundang seluruh tawa dari semua murid. Uh, sial!
“Apa?” Balasku cepat. Dan garang.
Yeoja itu tersenyum lebar, kemudian menyodorkan sebuah kotak makan berwarna… pink dengan tutup yang transparan, menampakkan isi kotak makan itu. Beberapa gulung sushi dan salad yang terlihat segar.
“Apa ini?”
Yeoja itu tersenyum lagi. “Aku buat sushi dan salad ini semalaman untuk Oppa! Aku tahu Oppa sangat suka sushi kan? Supaya sayurnya ngga ketinggalan, aku buatkan salad juga untuk dimakan setelah makan sushi,” yeoja itu tiba-tiba saja menarik lenganku kemudian mengajakku duduk di sebuah bangku di depan sebuah kelas. Tangan mungilnya sibuk membuka tutup kotak makan itu kemudian mengotak-atik isinya.
Aku menghela nafas. “Oke.. Oke.. Aku terima ini.” Aku merebut kotak makan itu dengan kasar dari pangkuannya. “Sekarang kau bisa pergi dari sini kan, Kim Taeyeon-ah, huh?”
Yeoja itu malah bengong. Lalu, sedetik kemudian, “Uaaa, baru kali ini Oppa memanggilku Taeyeon-ah!” Jeritnya lebay. “Ne, ne. Saranghae, Park Jungsoo-ah! Hihihihi~”
Aku melotot garang mendapatinya menjerit-jerit lebay seperti itu. “Ya sudah, sana pergii!” Usirku.
Taeyeon mengangguk, kemudian (masih dengan wajah berseri-serinya) “Daaah, Jungsoo Oppa! Nan jeongmal sarang-sarang-sarang-saranghae
Buru-buru kututupi wajahku dengan tangan kanankuㅡpura-pura tidak kenal.
***
Namaku Park Jungsoo. Kalian bisa panggil aku Leeteukㅡyang artinya spesial. Saat ini statusku adalah ketua presiden sekolah di sebuah sekolah menengah atas swasta yang cukup terkenal di Seoul. Yeoja tadi? Eng…. Uh, apa harus kuceritakan pada kalian?
Yeoja itu Kim Taeyeon. Sebetulnya sejauh ini aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya, tapi.. Yeah, kuakui. Dia teman masa kecilku. Saat aku dan Taengㅡnama panggilan yeoja ituㅡmasih duduk di sekolah dasar, kami bertetangga. Entah karena apa, sewaktu masih di sekolah dasar aku sangat menggilai yeoja yang umurnya 2 tahun di bawahku itu. Aku selalu memanggilnya ‘yeobo’, ‘taeyeon-ah’, yang jelas dengan semua ke-oon-an masa kecilku aku menunjukkan cintaku padanya. Aku selalu mengejar-ngejar yeoja itu, dan.. Ah, sudahlah. Masa kecil yang suram.
Waktu demi waktu berlalu, aku dan Taeyeon pun akhirnya lulus dari sekolah dasar.
Selama tiga tahun di sekolah menengah pertama, aku dan Taeyeon sekolah di tempat yang berbeda. Rumahnya juga pindah, tak lagi di sebelah rumahku. Sebetulnya saat itu aku sangat sedih berpisah dengannya, namun lama kelamaan aku mulai terbiasa.
Setelah masuk sekolah menengah atas, dan.. Jengjeng. Taeyeon ternyata kembali menjadi adik kelasku!
Saat melihatnya setelah sekian lama tak berjumpa dengannya, aku tak lagi merasakan ‘radar-radar cinta’ darinya. Malahan sekarang.. Justru berbalik ia yang mengejar-ngejar aku! Bayangkan, setiap hari ia selalu mampir ke kelasku tanpa malu, menjerit-jeritkan namaku setiap kali ia berpapasan denganku di sekolah, dan sekarang aktivitasnya bertambah; membuatkanku bekal makanan setiap pagiㅡyang kuakui, lumayan lezat.
Ya Tuhan… Apa dosaku.
***
-Rumah Jungsoo, 14.14 pm-
“Ah, malu-maluin sekali. Sejak kapan Park Jungsoo ketua presiden sekolah yang paling eksis di kalangan yeoja ini bergaul dengan seorang yeoja aneh dari kelas 1?!” Jeritku frustasi sembari mendudukkan tubuhku di sofa berwarna putih yang ada di ruang tengah rumahku.
Eunhyuk ㅡyang sengaja kupanggil ke rumah siang ituㅡtertawa ngakak mendengar pernyataanku. “Hahaha! Salahmu sendiri, sih. Hahaha, sudahlah. Namanya juga kalian kan teman masa kecil.”
Aku menatapnya jengkel. “Teman masa kecil apanya?! Aku hanya tetangganya sewaktu kami masih sama-sama di sekolah dasar, dan bodohnya lagi saat itu aku naksir dengannya. Dan sekarang..? Eeeeeww, siapa yang mau dengan yeoja pendek dan aneh seperti dia?! Huh~”
Donghae ㅡyang juga ikut ke rumahkuㅡtertawa geli kemudian berbisik jahil. “Hyung, hati-hati kena hukum karma lho. Bisa jadi nanti malah kau yang terkena pesona Taeyeon dan kembali mengejar-ngejarnya…”
Aku mendelik. “Sampai arwah ayahku kembali lagi ke dunia aku juga tidak akan sudi mengejar-ngejarnya!”
Mereka tertawa ngakak.
“Lagipula, kalau begini caranya, bagaimana aku bisa mendekati Sora, coba?” Keluhku kesal.
Sora. Kang Sora. Seorang yeoja yang seangkatan dengankuㅡnamun usianya satu tahun di atasku. Sejak masuk sekolah ini, aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Kesannya… Ia sangat dewasa, cantik, feminin, keibuan.. Aaah, cocok sekali dengan type yeoja idealku. Bukan yeoja kekanak-kanakan yang aneh dan pendek seperti Taeyeon.
Eunhyuk memandangku. “Sora? Ha? Apa yang kau bilang? Sora? HAHAHAHA!” Mendadak dua namja ini kembali menertawaiku.
Aku mendadak gusar. “Apa maksudmu menertawaiku, hah? Maksud kalian aku tidak cocok dengan Sora, begitu?”
Donghae menahan tawanya, kemudian, “Bukan begitu, hyung.. Tapi.. Hahahaha.. Ha.. Ha.. HAHAHAHA!”
Buk! Buk! Dua bantal sofa yang cukup besar melayang tepat ke jidat duo curut itu.
***
-Sekolah, 11.35 am-
Aku tengah berjalan-jalan sendirian di ramainya sekolah saat istirahat makan siang. Hari ini dan kemarin aku sama sekali belum melihat Sora. Ngomong ngomong dia ke mana yah?
“Oppaaaaa!!!!” Jeritan cempreng yang melengking kembali menusuk gendang telingaku. Kampreeet, yang dicariin Sora yang nongol malah yeoja cempreng ini.
“APA?” Jawabku gak nyante sambil membalikkan badanku ke arah belakang, lalu mendapati Taeyeon berlari-lari kecil ke arahku sambil membawa sebuah kotak makan yang kali ini berwarna putih.
Taeyeon terengah-engah kecil sambil mengusap keringatnya. “Aku cariin di kelas ga ada, eh ternyata lagi di kantin.” Keluhnya. Tapi sedetik kemudian ia kembali tersenyum ceria. “Ah, tapi untunglah Oppa sudah ketemu! Hihihi. Aku kan jadi bisa memberikan bekal untuk Oppa. Maaf ya Oppa, aku telat ngasih bekalnya. Habisnya tadi pagi aku bangun kesiangan karena semalaman membuatkan nasi goreng kimchi untuk Oppa. Maaf ya, Oppa? Bekalnya dibuat makan siang saja ya? Hehehe.” Cerocosnya.
Aku memandangi kotak makan yang ia serahkan itu. Kenapa anak ini tahu semua daftar makanan favoritku? Nyewa penguntit profesional di mana dia? Belum lagi kotak bekalnya berwarna putihㅡwarna kesukaanku.
Aku memandang wajahnya. Sebetulnya Taeng memang lumayan manis. Wajahnya menyiratkan kelelahan, kedua matanya sayuㅡseperti kurang tidur. Apa dia benar-benar berjuang membuatkanku bekal semalaman sampai tidak tidur? Hhhh. Dasar. Aneh-aneh saja.
Tak sadar, senyumku mengambang. “Gomawo.” Ucapku tulus. Mungkin karena kasihan melihat perjuangannya membuatkanku bekal, akhirnya aku bisa bermanis-manis dengan yeoja ini.
Taeyeon tersenyum senang. “Hehehe, cheonma, Oppa-ku sayang. Saranghae!” Balasnyaㅡcukup lebay.
Aku menepuk lengannya. “Ya sudah. Kau kembali ke kelas sana. Jam makan siang sudah mau habis.” Ucapkuㅡbermaksud mengusirnya secara halus.
Taeyeon mengangguk patuh, kemudian melambai ke arahku. “Oppa, saranghaeeeee~”
Aku hanya bisa nyengir.
Baru saja aku berbalik, tiba-tiba saja pandangan mataku terarah pada seorang yeoja yang baru saja masuk kantin. Ah.. Sora!!! Uwaa, dia cantik sekali >,
“Leeteuk?” Sapanya saat ia berpapasan denganku. Aku menunjukkan senyum terbaikku, kemudian balas menyapanya. “Hai. Sendirian?”
Sora mengangguk sambil tersenyum kecil. Ya Tuhan, dia cantikkkk sekali! “Iya. Haha. Emm, kau sedang apa? Mau makan siang ya? Mau temani aku tidak?”
Hah? Hah? Ini telinga gak salah denger kan? Sora..? Mengajakku menemaninya makan? GYAAAA!!!!!! Namja normal mana yang menolak ajakannya? “Ah.. Boleh saja.” Ucapku menyanggupinya.
Sora tersenyum senang, kemudian ia melirik ke arah tanganku. “Em.. Kau bawa bekal sendiri, ya?” Ujarnyaㅡseakan menahan tawa. Ah, sial! Ini kan bekal dari Taeyeon? Ihhh, malu-maluin aja. Bisa-bisa Sora menganggapku sebagai anak mami yang setiap hari dibekali kotak makan oleh ibunya.
“Ah.. Aniya, aniya.. Ini.. Engg, kebetulan ada yeoja kelas 1 yang memberiku bekal.. Hehehe.. Tapi, engg, aku tidak suka dengan masakannya, jadi aku pergi ke kantin mencari makan siang sekalian mau membuang bekal ini,” rentetku dengan berbagai kata-kata yang kurangkai dan kukarang secepat mungkin. Segera saja kulempar kotak bekal itu di tempat sampah yang ada di sebuah stan makanan dekat tempatku dan Sora berdiri.
“Oh, begitu.” Sora mengangguk-angguk mengerti. “Ya sudah, ayo.”
“Ne.” Jawabku senang sambil berjalan di sebelahnya. Uwaa.. Ini seperti mimpi! Bisa makan berdua dengan gadis pujaanku selama ini… Ah…
***
-Taeyeon’s POV-
-Kelas Taeyeon, 14.56 pm-
Hari ini aku piket. Yuri, Yoona dan Sunny yang satu kelompok untuk piket denganku hari ini sengaja kabur dari tugas piket! Huh, sial.. Tapi berhubung Kim Taeyeon adalah yeoja pandai yang imut dan rajin, aku harus melaksanakan tugas piket ini! Ha-ha-ha.
Setelah sekitar setengah jam membersihkan kelas sendirian, aku menghela nafas lega. “Aaah, akhirnya selesai juga,” aku memandangi seisi kelas dengan tampang puas dan jumawa. Tapi kemudian kembali lemas begitu mendapati tempat sampah yang penuh di pojok kelas. “Kampreeeettttt!!!!! Masa Kim Taeyeon yang cantik, kece, pandai, imut dan rajin ini harus buang sampah segede gunung kidul gini?!” Jeritku murka. Tapi kemudian dengan tampang melas kuraih tempat sampah itu kemudian membawanya keluar kelas.
“Dih, kenapa semua tempat sampah penuh sih,” gerutuku sebal mendapati semua tempat sampah penuh. “Ah, mungkin tempat sampah yang di kantin gak penuh-penuh banget.”
Segera saja kuhampiri tempat sampah yang berada paling dekat dengan pintu masuk kantin. Baru saja aku membuka tutup tempat sampah itu, mataku menangkap sebuah benda yang sangat familiar olehku.
“I.. Ini kan.. Bekal yang kuberikan untuk Leeteuk Oppa..?”
***
-Leeteuk’s POV-
-Kelas Leeteuk, 07.43 am-
“Hei,” aku menepuk bahu Donghae yang tengah menyalin sesuatu di buku tulisnya. Haha, mungkin sedang nyontek PR orang.
Donghae menatapku garang. “Pagi-pagi udah bikin kaget aja.. Orang lagi sibuk ngerjain PR main tepuk pundak aja.” Ucapnya sewot.
Aku tertawa. “Makanya, ngerjain PR itu di rumah, bukan di sekolah!”
Donghae diam tak membalas. Ia semakin mempercepat gerakan tangannya untuk menyalin.
Aku baru saja mendaratkan pantatku di bangku dan meletakkan tasku di samping meja, saat tiba-tiba…
BRAKKK!!! Taeyeon tiba-tiba saja masuk ke dalam kelas kemudian menggebrak mejaku dengan keras.
“A-apa-apaan kau?!” Aku berdiri menghadapnya yang datang tiba-tiba saja mengagetkanku itu.
Kedua mata yeoja itu bengkak. Wajahnya memerah, kemudian dengan terisak ia membentakku. “KALAU OPPA MEMANG TIDAK SUKA DENGAN MASAKANKU, BILANG SAJA!!! TIDAK USAH REPOT-REPOT MEMBUANGNYA MENTAH-MENTAH SEPERTI ITU!” Jeritnya membuat semua orang yang ada di kelasku menoleh ke arah kami berdua.
“A.. Apa sih..? Apa maksudmu..? Aku.. Aku tidak mengerti..”
Taeyeon menggebrak mejaku lagi. BRAKKK!! “JANGAN PURA-PURA TIDAK MENGERTI!!!” Jeritnya lagi lebih kencang. “Kemarin aku melihat bekal makan siang yang kuberikan pada Oppa ada di tempat sampah!!! Tempat sampah, tem-pat sam-pah!!! Kau kira butuh perjuangan seperti apa membuatkanmu masakan seperti itu, hah?! Aku bahkan sampai lalai mengerjakan PR-ku demi membuatkan Oppa nasi goreng kimchi itu, dan.. Apa?! Kau malah membuang sia-sia hasil perjuanganku itu ke TEMPAT SAMPAH!!!”
Aku terdiam. Seketika aku ingat kalau kemarin siang aku membuang kotak bekal yang diberikan Taeyeon itu karena aku malu dilihat Sora membawa-bawa kotak bekal seperti itu. “Ta.. Taeng.. Aku..”
PLAK!! Dengan telak Taeyeon menampar pipiku dengan keras. Semua orang yang ada di situ menahan nafas, tak percaya melihatku sang ketua presiden sekolah ditampar seorang yeoja kelas 1.
“AKU BENCI KAU!” Jeritnya, kemudian dengan berurai air mata ia langsung berlari kencang meninggalkanku.
Ya Tuhan. Apa yang sudah kuperbuat?
***
-Kelas Taeyeon, 09.27 am-
“Kyaaa! Leeteuk Oppa!!”
“Aaaah.. Leeteuk Oppa!!!”
“Leeteuk Oppa, saranghae!!!”
Aku hanya bisa meringis mendapati sejumlah yeoja yang histeris melihat kedatanganku di kelas merekaㅡyang merupakan kelas Taeyeon. Ya, Taeyeon. Aku harus minta maaf dengannya. Aku sadar kalau aku sangat bersalah dengannya.
“Eng.. Taeyeon ada di dalam..?” Tanyaku sambil memamerkan senyumku.
“Ha? Leeteuk Oppa mau ngapain cari Taeyeon? Jangan jangan, Leeteuk Oppa pacaran yah sama Taeyeon?” Celetuk salah satu dari mereka, membuat yang lain menghela nafas kecewa.
Aku terkekeh. “Hahaha, aniya. Aku hanya mau bertemu dengan Taeyeon, dia ada di dalam kan? Bisa tolong panggilkan?”
“Eng.. Sebetulnya baru saja tadi Taeyeon minta izin ke guru konseling untuk pulang lebih cepat, katanya ia sedang tidak enak badan. Mana tadi dia kelihatan habis menangis gitu. Matanya sembap. Habis minta surat ijin, dia langsung pulang.”
Aku tercengang. “Jadi.. Sekarang dia sudah pulang?”
Mereka semua mengangguk.
“Ah.. Ya sudah deh. Gomawo. Ah, ngomong-ngomong, kalian tahu di mana rumah Taeyeon?”
Seorang yeoja berambut panjang tertawa. “Loh, bukannya selama ini Oppa dan Taeyeon bertetangga? Selama ini Taeyeon selalu membangga-banggakan kalau ia bertetangga dengan Leeteuk Oppa.”
“Mwo? Bertetangga?” Ucapku bingung. “Memangnya rumahnya di mana?”
“Di kompleks sebelah sekolah, blok B nomor 27. Rumah Oppa nomor 25 kan?”
Ah.. Jadi Taeyeon kembali tinggal di rumah lamanya, batinku. “Oh, ya sudah, deh. Gomawo~”
***
-Rumah Taeyeon, 13.56 pm-
Ting tong..
Aku memencet bel rumah Taeyeon yang sama sekali tak berubah dengan rumahnya 12 tahun yang lalu. Lampu tamannya masih bermodel jaman dulu, saat masih kecil dulu aku suka sekali bermain kejar-kejaran dengan Taeyeon mengitari lampu taman itu. Dan.. Jendela rumah Taeyeon ini.. Dulu aku pernah dimarahi oleh ayah dan ibuku karena aku memecahkan jendela rumah Taeyeon saat sedang bermain softball dengannya. Aku tersenyum membayangkan memori masa kecil yang cukup menyenangkan itu.
Krek.. Pintu terbuka. “Jungsoo?” Ucap si pembuka pintuㅡyang tak lain tak bukan adalah ibu Taeyeon.
“Apa kabar, Bibi?” Aku memeluk perempuan setengah baya itu. “Lama tidak bertemu.”
Ibu Taeyeon tersenyum sambil membalas pelukanku. “Baik. Kau dan keluargamu masih tinggal di sebelah? Kukira sudah tidak lagi…”
Aku tersenyum. “Haha, tentu saja masih. Semenjak ayah meninggal, ibu bilang keluargaku harus tetap mengurus rumah peninggalan ayah satu-satunya itu. Hihihi.”
Ibu Taeyeon tersenyum. “Ah.. Ada apa kau kesini, Nak Jungsoo..?” Tanyanya. “Mau bertemu Taeyeon yah?”
Aku tersenyum kemudian mengangguk kecil. “Eng.. Aku mau bicara dengan Taeng, Bi. Boleh aku masuk?”
“Tentu.. Tentu saja boleh!” Ibu Taeyeon mengangguk semangat. “Tapi.. Bibi heran dengan Taeyeon. Tadi ia pulang lebih cepat dari biasanya dan langsung masuk kamar tanpa berkata apa-apa. Saat Bibi telpon ke sekolahnya, ternyata Taeyeon minta ijin pulang dengan alasan tak enak badan. Bibi takut Taeyeon kenapa-napa. Tapi.. Untunglah kau datang, Nak Jungsoo! Taeyeon pasti akan langsung membaik kalau bertemu denganmu.”
Aku tersenyum getir.
***
-Kamar Taeyeon, 13.58 pm-
“Taeyeon..?” Aku mengetuk-ngetuk pintu kamarnya yang tertutup itu.
Kucoba membuka pintu kamar itu dengan menggerakan gagang pintunya, kemudian.. Krek.. Terbuka! Aku mendapati yeoja itu tengah meringkuk di pojok kamarnya membelakangiku.
“Taeyeon..?” Tegurku. Yeoja itu diam saja. Tak bergerak sedikitpun. Tapi tubuhnya bergetar, sesekali aku dapat menangkap suaranya sedang terisak pelan.
“Taeyeon..” Kututup pintu kamarnya, lalu kuberanikan diri menghampiri yeoja itu.
“Taeng..?” Aku menepuk pelan lengannya.
Yeoja itu terisak semakin kencang saat aku menepuk lengannya. “Mau apa lagi Oppa ke sini..?” Ucapnya dengan suara serak. “Masih belum puas Oppa menyakiti aku, hah?” Jeritnya lirih.
“Taeng.. Aku..” Aku semakin diliputi perasaan bersalah melihat kondisinya seperti ini.
“Pergi kau!” Jeritnyaㅡmengusirku mentah-mentah. “Aku tidak mau melihat muka Oppa lagi!! Kau jahat, Oppa! Kau jahat.. Huaaaa..”
“Taeyeon..” Aku menarik tubuhnya mendekat ke tubuhku kemudian memeluknya erat-erat. Ia tidak menolak, ia malah menangis semakin kencang membenamkan kepalanya di dadaku.
“Oppa jahat.. Hikshikshiks.. Huaaa.. Jahatttt… Aku benci… Hiks hiks hiks..” Aku membiarkan kedua tangan mungilnya memukul-mukul lenganku. Aku semakin erat memeluknya, kemudian, “Taeng.. Aku.. Aku sadar. Aku.. Aku salah. Maafkan aku.”
“Akhhuuu benchhhiii Opphhhaaaa.. Opphha jhahathhh.. Akhhuuu benchhiiiiii..” Suara Taeyeon semakin serak dan tidak karuan, nafasnya terengah-engah karena tangisannya semakin deras.
“Taeng.. Uljima..” Kuusap air matanya dengan jari-jariku. “Mianhae. Jeongmal mianhae. Aku tahu aku sangat bersalah padamu, aku.. Aku minta maaf, Kim Taeyeon-ah. Aku..”
Taeyeon terisak. Ia kembali memukuli lenganku dengan lemah, lalu menangis lagi.
“Aku.. Aku mau melakukan apa saja asal kau mau memaafkanku. Aku janji. Aku mau melakukan apa saja. Asal kau mau memaafkanku. Eo?”
Tangis Taeyeon mulai sedikit mereda. Dengan mata sembap, ia memandangku lalu mengusap air matanya. “Oppa.. Mau.. Melakukan apa saja..?”
Aku tersenyum hangat sambil mengangguk. “Apa saja. Kau mau menyuruhku salto di tengah jalan, menggoda dan mencium satpam sekolah, atau lompat kodok mengitari sekolah pun akan aku lakukan asal kau mau memaafkanku.”
Taeyeon mengusap-usap kedua matanya, kemudian senyum manisnya itu kembali menghiasi wajahnya. “Kalau begitu, aku mau Oppa jadi pacarku.”
“MWO?” Tampangku langsung aneh. “Aaah.. Aniya, aniya!! Selain itu dehhh..” Tolakku sambil manyun. Kalau sampai aku berpacaran dengan anak kecil ini, bagaimana dengan Sora? Huh.
Taeyeon memajukan bibirnya. “Ih.. Gak mau! Aku maunya Oppa jadi pacarku. Kalau gak, gak aku maafin nih.” Ancamnya.
Aku menggaruk-garuk kepalaku. “Aaah.. Yang lain aja dong. Jangan yang ituuu. Nanti penggemar Oppa bakal sedih kalau Oppa punya pacar.. Nanti kamu malah dibenci sama penggemar-penggemar Oppa, diteror, dirampok, ditampar, dibunuh..” Ucapku lebay menakut-nakutinya.
Taeyeon bergidik dengan polosnya. “Ih, gitu ya? Hmm, ya sudah deh. Kalau gitu aku mau besok Oppa bawain aku bekal makan, sehariiiii aja,” ucap Taeyeon manja.
Aku terdiam sejenak, kemudian mengangguk setuju. “Oke. Aku penuhi keinginanmu.”
Taeyeon tersenyum senang, kemudian nyosor memelukku. “Horeee.. Oppa baik deh.”
Aku nyengir. “Oppa dimaafin kan?”
Taeyeon mengangguk kecil sambil terus memejamkan matanya memelukku.
***
-Kantin, 11.45 am-
“Nih!” Aku meletakkan sebuah kotak bekal makan di hadapan Taeyeon yang tengah memainkan ponselnya sambil duduk-duduk di kursi kantin. Taeyeon tersenyum gembira memandangi kotak bekal yang kuberikan itu.
“Uaaa.. Ada roti panggang, telur dan sosis. Hmm, masakan Eropa!”
“Itu masakan ala Inggris, bodoh!” Serobotku jengkel.
Taeyeon tertawa. “Hahaha, sengaja untuk mengetesmu, Oppa.” Ledeknya sambil menjulurkan lidahnya.
“Ya sudah, makan sana. Aku pergi dulu,” ucapku.
“Eeeh, tunggu!” Taeyeon menahan tanganku, membuatku terduduk di sebelahnya. “Apa lagi?” Tanyaku malas.
“Suapin,” pintanya manja sambil memajukan bibirnya.
Aku bergidik. “Memangnya kau tidak punya tangan apa sampe minta disuapin segala?” Semprotku murka.
Taeyeon semakin memaju-majukan bibirnya. “Iiiih, ga peduli! Pokoknya aku mau disuapin Oppaaa..” Taeyeon menarik-narik tanganku meraih garpu dan pisau yang ada di dalam kotak bekal itu.
“Hhh.. Kau ini memang benar-benar merepotkan,” keluhku kemudian menarik kotak bekal itu dan segera mengiris roti panggang itu lalu menusuknya dengan garpu, kemudian menjejalkannya ke mulut Taeyeon.
“Uhuk!” Taeyeon tersedak, kemudian cepat-cepat ia meraih dan meneguk botol minumnya. “Iiihh.. Oppaaa! Kalau nyuapin yang bener, dong! Emangnya ada gitu orang suap-suapan langsung dijejelin gitu? Ihhhh!”
Aku meliriknya malas.
“Leeteuk?”
Aku yang tengah menyuapi Taeyeon langsung menoleh ke asal suara itu. Sora..?! “So.. Sora?!” Aku segera meletakkan pisau dan garpu yang tengah kupegang itu. “Se.. Sedang apa kau di sini..?” Ucapku gugup. Aduh, bagaimana ini? Bisa-bisa Sora menyangka aku pacaran dengan anak kecil ini karena ia menangkapbasah diriku sedang suap-suapan dengan Taeyeon. Huaaaaa..
Sora tersenyum kecil. “Eng.. Sebetulnya aku mau memintamu menemaniku ke perpustakaan, tapi.. Kau sedang makan siang ya? Bersama.. Pacarmu?” Sora tersenyum kecil menatap Taeyeon.
“A.. Aniyaaaa! Dia bukan pacarku, dia cuma adik kelasku, kok. Hehehe~” aku menepuk punggung Taeyeon dengan keras. “ADAWWW!!” Taeyeon menjerit kesakitan. “Ih, Oppa, sakit tau!” Ucap Taeyeon, kemudian ia menatap Sora dengan sinis. “Kau siapa?” Tanyanya dingin.
“Taeng!” Tegurku. “Dia satu angkatan denganku, dan itu artinya dia seniormu, Taeng! Kau sama sekali tidak sopan berbicara seperti itu.”
Taeyeon terus memandangi Sora dengan tatapan tidak suka. “Ngapain kau ganggu acara makanku dengan Leeteuk Oppa? Pergi sana! Huh.”
“TAENG!” Habis sudah kesabaranku, aku berdiri dan hampir saja menamparnya tapi suara Sora menahanku, “Ah, iya. Maaf aku sudah mengganggu kalian. Eng.. Lebih baik aku permisi dulu.” Sora langsung berbalik pergi meninggalkanku.
“So.. Sora..? SORA!” Aku berteriak memanggilnya.
“Huh.. Bagus deh. Daaah, Nenek Sihir.. Hahahaha.” Taeyeon tertawa puas.
“TAENG! Kau benar-benar keterlaluan!” Bentakku penuh emosi. “Di mana sopan santunmu?!”
Taeyeon menatapku dengan pandangan aneh. “Memangnya kenapa? Salah dia sendiri, kan, ngapain ganggu acara makanku dengan Oppa. Huh..”
“Ah! Kau ini memang benar-benar menyebalkan!” Aku segera berlari meninggalkannyaㅡmengejar Sora.
***
-Taman sekolah, 12.03 pm-
“Sora.. Maafkan aku. Taeyeon memang seperti itu orangnya, dia sangat sinis dengan setiap yeoja yang dekat denganku. Yah, kau tahu lah.. Ia sangat menyukaiku, jadinya…”
Sora tersenyum. “Gwenchana, Teuk. Tadi aku hanya tidak mau memperpanjang masalah, ya sudah aku pergi saja. Lagipula aku memang salah, ngapain aku ganggu acara makan siang kalian. Hihihi.” Sora mencoba tersenyum.
Aku semakin merasa tidak enak. “Mianhae. Jeongmal mianhae.”
Sora tersenyum lalu mengangguk kecil. “Ini hanya masalah kecemburuan hati, Teuk.. Kau tahu kan, melihat orang yang kita suka sedang berduaan dengan orang lain itu sangat menyakitkan.”
Mataku membulat. “O.. Orang yang kau sukai..?” Tanyaku bloon.
Wajah Sora memerah, kemudian dengan tersipu ia mengangguk. “Jujur Teuk.. Aku menyukaimu. Bahkan aku.. Aku mencintaimu..”
Aku tercengang. Mendadak seakan-akan aku tidak sedang berpijak di tanah, tapi melayang-layang. Sora.. Sora mencintaiku..?!?!?!?!
Oke, stay cool, Teukie!
Aku tersenyum kemudian meraih tangannya dan menggenggamnya. “Kau beruntung sekali. Orang yang kau sukai juga menyukaimu, loh.”
Sora memandangku. “Me.. Menyukaiku..? Kau.. Kau menyukaiku?”
Aku tersenyum kemudian mengangguk.
Sora menatapku tak percaya, kemudian ia tersenyum bahagia. “Ah.. Teuk.. Kau..”
Aku menariknya ke dalam pelukanku, kemudian membelai lembut rambutnya. “Saranghaeyo, Kang Sora.”
Sora membalas pelukanku. “Nado saranghaeyo, Park Jungsoo..”
Aku tersenyum memandangnya. Ah.. Siang yang indah.
***
-Parkiran sekolah, 13.47 pm-
Aku terus menerus tersenyum membayangkan kejadianku tadi dengan Sora. Ah.. Sekarang aku resmi menjadi pacarnya. Aaaah, aku senaaaaang sekali. Aku harus segera pamer nih ke Eunhyuk dan Donghae. Huahuahahaha..
Aku baru saja akan membuka pintu mobilku, saat tiba-tiba.. “GYAAAA!!!” Jeritku kaget mendapati Taeyeon ada di sampingkuㅡsecara tiba-tiba.
Aku mengelus dadaku, menetralkan jantungku yang hampir copot karena dikagetkan oleh kedatangannya yang sangat amat tiba-tiba itu. “Kau mau membuatku mati kekagetan ya karenamu?!”
Taeyeon manyun. “Oppa tadi kemana?! Aku cariin keliling sekolah, tapi ga ketemu-ketemu! Oppa pasti berduaan sama Nenek Sihir itu ya? Huh, aku gak suka sama Nenek Sihir itu! Udah jelek, sok alim, sok kalem, pendek lagi!” Olok Taeyeon tanpa menyadari fakta bahwa sebetulnya ia jauh lebih pendek dari Sora…
Aku menghela nafas. “Taeng, jangan mengolok-olok orang seperti itu, ah. Oppa tidak suka.”
Taeyeon menjulurkan lidahnya, ngotot. “Biar! Lagian siapa suruh punya wajah nyebelin gitu. Ihhhh!”
Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sifat keras kepalanya itu.
“Kenapa kau masih ada di sini? Bukankah kelas 1 sudah pulang daritadi?”
“Aku kan menunggu Oppa.” Jawabnya polos.
Aku menghela nafas. “Untuk apa kau menungguku?”
Taeyeon tersenyum manja kemudian ia memeluk mesra lenganku. “Karena aku sayaaaaaaang sekali sama Oppa~” chu! Ia berjinjit kemudian mengecup pelan pipiku.
“Aish, Taeng,” aku melepaskan pelukannya di lenganku kemudian mengusap pipiku. Taeyeon manyun.
“Ya sudah. Ayo kita pulang.”
***
-Author’s POV-
-Kelas Taeyeon, 08.12 am-
“Taeng, sudah dengar gosip terbaru tidak?” Jessica, teman sebangku Taeyeon menyenggol lengan Taeyeon dengan bersemangat.
“Gosip apa?” Balas Taeyeon malas. Ia tengah asyik mencatat rumus-rumus Fisika yang dituliskan Kim seosaengnim di papan tulis.
“Leeteuk Oppa kesayanganmu itu katanya pacaran loh dengan Kang Sora. Itu tuh, yeoja populer di sekolah kita! Yang kaya raya, cantik dan pintar.”
“MWO?!” Jeritan kaget Taeyeon membuat seisi kelas menoleh ke arah mereka berdua. “Leeteuk Oppa pacaran dengan Kang Sora yang jelek, sok alim, sok kalem dan pendek itu?!”
Jessica mengangguk. “Donghae Oppa yang memberitahuku tadi pagi.” Ucap Jessica menyebut nama pacarnya itu. “Katanya sih baru kemarin pacarannya. Hahaha.. Kau siap-siap patah hati, ya, Taeng..?” Gurau Jessica.
BRAK! Taeyeon menggebuk meja dengan penuh emosi. “Leeteuk Oppa brengseeeeekkkk!!!!”
***
-Leeteuk’s POV-
-Taman sekolah, 09.43 am-
Aku mau bicara dengan Oppa sekarang! SE-KA-RANG! Di taman belakang sekolah seperti biasanya. Se-ka-rang!
Dengan malas-malasan kuseret kakiku menuju taman belakang sekolah. Aish, Taeyeon mau bicara apa sih sampai-sampai mengsmsku yang isinya harus bertemu sekarang juga di taman belakang sekolah. Bukankah tugasku membawakannya bekal makanan sudah berakhir waktunya? Huh.
“Ada apa?” Tanyaku cepat sambil mengambil duduk di sebelah Taeyeon yang tengah mengetuk-ngetukkan jarinya di pegangan kursi taman.
“NAH! Datang juga anak ini.” Sambutnya sambil meremas gelas plastik jus jeruknya yang sudah penyok dari tadi.
“Langsung saja. Ada apa?”
“Oppa pacaran dengan Sora-sora yang jelek, sok alim, sok kalem dan pendek itu?”
“…” Aku diam saja sambil mengotak-atik ponselku.
“Oppa! Jawab aku!”
“Yeah..” Aku menggumam.
“Jawab yang jelas! Oppa pacaran dengan orang itu?!”
“Yah~ begitulah.. Wae?”
Taeyeon memandangku tak percaya. “Kenapa Oppa berpacaran dengannya?!”
Aku tak mengalihkan pandanganku dari layar ponselku. “Karena aku mencintainya dan dia juga mencintaiku. Simpel kan?”
“Lalu aku?!”
“Lalu kau apanya?”
“Lalu bagaimana denganku?!” Jerit Taeyeon. Matanya mulai berkaca-kaca. Ya Tuhan, kenapa dia ini cengeng sekali sih. “Oppa tidak memikirkan perasaanku?! Selama ini aku selalu mencintai Oppa dengan sepenuh hatiku, memperhatikan Oppa hingga aku sama sekali tak memperhatikan diriku sendiri.. Lalu sekarang dengan mudahnya Oppa malah berpacaran dengan Nenek Sihir menyebalkan itu?!”
Aku memandang Taeyeon dengan pandangan tidak suka. “Punya hak apa kau melarangku berpacaran dengan Sora, hah?”
“Aku mencintai Oppa dan aku membenci yeoja itu! Makanya aku melarang Oppa berpacaran dengan yeoja itu!” Jerit Taeyeon. “Harusnya Oppa bisa mengerti perasaanku yang tak mau kehilangan Oppa…” Air mata Taeyeon mulai meleleh.
Aku berdiri. “Harusnya kau juga mengerti bagaimana perasaanku yang sama sekali tidak ada rasa cinta padamu, Kim Taeyeon! Kau terlalu muda bagiku dan aku terlalu dewasa untukmu! Aku butuh yeoja dewasa yang bisa mengerti dan mencintai aku seperti Sora, bukan yeoja kekanak-kanakan yang bisanya hanya mengolok-olok orang sepertimu! Oke, aku akui kalau dulu saat aku masih sangat polos dan bodoh aku tergila-gila padamu, mencintaimu dan ingin sekali menjadi pacarmu, tapi sekarang rasa itu sudah pudar! Aku tidak mencintaimu tapi aku hanya mencintai Sora. Ya, Sora! Bukan kau!”
Tangis Taeyeon pecah. “Tapi.. Tapi aku.. Aku mencintai Oppa!!! Aku ingin Oppa juga mencintaiku.. Hiks.. Bukan yeoja jelek itu.. Aku.. Aku hanya mencintai Oppa…”
Aku mendengus kesal. “Jadi kau memanggilku ke sini hanya untuk membicarakan permasalahan yang sangat amat tak penting ini, huh? Sudahlah. Aku sedang malas berdebat dengan anak kecil sepertimu.” Putusku kemudian segera pergi meninggalkannya.
***
-Kafe, 15.12 pm-
“Teuk?”
“Teuk..?”
“Teuk!”
“Teuk?!”
Aku terbangun dari lamunanku. “Ah.. I.. Iya.. Wae, Sora?”
Sora menghela nafas, kemudian ia menggenggam tanganku. “Kau kenapa?”
Aku tersenyum kecil kemudian menggeleng. “Ah.. Gwenchana. Tak apa.” Jawabku singkat.
“Kau tidak suka ya makan siang bersamaku?”
Aku menggeleng. “Ah.. Aniyaa.. Siapa bilang? Aku hanya merasa sedikit pusing karena akhir-akhir ini aku banyak mengikuti bimbingan belajar,” ucapku memberi alasan.
“Kau terlihat aneh.” Ucap Sora.
Aku diam saja. Bagaimana aku tidak terlihat aneh kalau sampai saat ini kata-kata Taeng masih terngiang-ngiang di telingaku. Sekesal-kesalnya aku pada Taeyeon, baru kali ini aku membentaknya sekeras itu. Sebetulnya aku merasa cukup bersalah membentaknya seperti itu, tapi.. Ah, biar saja. Siapa suruh melarang-larangku seperti itu. Memangnya aku ini siapanya? Kami hanya bertetangga dan hanya sebatas teman, tak lebih.
Aku meraih cangkir kopi ku kemudian menyesapnya perlahan. “Hari ini aku antar pulang, ya?”
Sora terdiam, kemudian menggeleng pelan. “Hari ini aku ada acara jalan-jalan bersama temanku, Teuk.” Ucapnya. “Kau pulang duluan saja.” Lanjutnya sambil tersenyum.
Aku mengangguk-angguk. “Oh.. Oke. Baiklah.”
***
-Rumah Leeteuk, 16.30 pm-
“Sedang apa kau disini?” Tegurku dingin mendapati Taeyeon sedang meringkuk di depan pagar rumahku. Tubuhnya masih terbalut seragamnya lengkap, tas hitamnya masih digendongnya di punggungnya. Sepatu cokelat dan kaus kaki putihnya tetap melekat di kakinya.
Taeyeon mendongak. Wajahnya terlihat sangat lesu, kemudian ia berdiri dan mendongak menatapku lagi. Kampret, hampir saja tawaku meledak keluar mendapatinya tengah mendongak mati-matian melihatkuㅡmengingat tinggi badanku dan Taeyeon yang berbeda jauh ini.
“Aku mau bicara sama Oppa.” Ucapnya tegas. Lebih tepatnya sok tegas. Hhh, sama sekali tak sesuai dengan wajah kekanakannya itu.
“Mau bicara apa lagi?” Balasku ketus. “Kau mau melarang-larangku berpacaran dengan Sora? Atau kau mau menyebarkan fitnah tentang Sora agar aku memutuskannya? Atau.. Kau mau menjelek-jelekannya di depanku lagi? Apa yang mau kau bicarakan?!” Nada suaraku meninggi.
Taeyeon menghela nafas. “Apa Oppa tak mau memberiku kesempatan untuk bicara?”
Aku melipat kedua tanganku di depan dada kemudian, “Oke. Apa yang mau kau bicarakan? Cepat katakan.”
“Dua hari ini, aku mengusut semua berita dan fakta-fakta dari yeoja jelek yang pendek dan sok alim bernama Sora ituㅡ”
“Sora eonni, Kim Taeyeon! Aku tidak suka mendengar kau menyebut namanya tanpa sopan santun seperti itu!” Selaku.
Taeyeon menghela nafas, kemudian mengangkat kedua bahunya. “Terserah! Yang jelas aku sudah mengusut banyak berita dari murid-murid kelas 2 dan 3 tentang yeoja itu, dan kau tahu apa hasilnya? 3 hari sebelum Oppa diterima olehnya, dia baru saja putus dari Kim Junsu dari kelas 3-5 yang sudah ia pacari selama 4 tahun, Oppa!”
“Lalu kenapa?”
Taeyeon melotot. “Bagaimana, sih?! Harusnya kau kaget, dong! Kan aneh! Masa habis putus setelah berpacaran 4 tahun dengan mantannya dia bisa langsung suka denganmu? Itu artinya dia kan.. Yeoja murahan, euh?”
“Taeyeon!” Sentakku. “Jaga mulutmu! Sora bukan yeoja seperti itu! Kau jangan asal tuduh orang lain seperti itu, ya. Aku tidak suka dengan sikap burukmu itu!”
“Aku tidak asal tuduh! Memang begitu kenyataannya. Tanya saja sama murid murid kelas 3 yang lain, atau sekalian saja tanya sama orangnya sendiri!” Taeyeon ngotot.
“Terserah! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah percaya semua omong kosongmu itu!” Putusku. “Dan.. Satu lagi.” Aku berbalik ke arahnya, kemudian menegakkan telunjukku tepat di depan wajahnya. “Anggap saja kita sedang tidak saling kenal di sekolah! Aku sudah muak dengan semua perbuatanmu selama ini denganku!”
***
-Kamar Leeteuk, 20.45 pm-
“Kau sedang apa sayang? Sudah makan malam, kan? Um.. Besok pagi kujemput, tidak?”
“Sedang mengeringkan kuteks kuku kakiku, Teuk. Kkk~ sudah, dong. Kau sendiri sudah makan, Teuk? Ah.. Tidak usah. Besok pagi aku sudah janji berangkat bersama temanku.”
Aku memindahkan ponselku ke telinga sebelah kiriku. “Oh.. Ah, aku tidak sedang apa-apa. Baru saja mengerjakan tugas Sejarah,” balasku sambil merebahkan tubuhku di atas ranjang. “Eng.. Sora, bolehkah aku menanyakan sesuatu?”
Cukup lama tak ada sahutan dari seberang sana, sampai akhirnya, “Ne? Mau menanyakan apa?”
Aku menghela nafas, kemudian memiringkan tubuhku memeluk bantal putih di sebelahku. “Kau.. Sejak kapan kau putus dengan.. Emm, Junsu..?” Tanyaku hati-hati, takut Sora tersinggung.
Sora terdiam cukup lama di seberang sana sampai aku akhirnya menyahut lagi, “Sora..? Kau masih di sana kan, sayang..? Hei..?”
Sora menghela nafas, kemudian, “Ah. Kenapa kau bertanya seperti itu?”
Aku menggigit bibirku. “A.. Aniya.. Aku hanya bertanya saja, memangnya tidak boleh..? Emm, ku.. Kudengar.. Kau baru saja putus dengannya beberapa hari sebelum.. Kau jadi pacarku, kan..?”
Sora menghela nafas lagi. Tapi ia terdiam, tak membalas perkataanku.
“Sora..? Ah, maaf. Aku lancang ya membicarakan mantanmu seperti itu? Ah, Sora. Mianhae. Em.. Maaf. Aku hanya ingin tahu saja tadi. Aku.. Em..”
Sora menyela. “Gwenchana, Teuk. Aku hanya tidak suka saja kau membicarakan itu denganku.”
Aku menggigit-gigiti bibirku lagi. “Mi.. Mianhae.”
“Tak apa. Aku tutup telponnya dulu ya? Sampai jumpa besok.”
“Ah.. Iya. Sekali lagi, aku minta maaf, Sora. Nde.. Sampai jumpa. Saranghae.”
Krek.
Jelas sekali aku dapat merasakan Sora menghindar dariku membicarakan Junsu mantan pacarnya itu. Sebetulnya apa yang terjadi..? Kenapa aku merasa Sora langsung menjadi aneh saat aku mengungkit-ungkit Junsu? Lalu, kenapa ia cepat sekali move on dari Junsu yg sudah ia pacari selama 4 tahun, kemudian tiba-tiba menyukaiku seperti ini..?
Ah… Aku bingung.
***
-Author POV’s-
-Kelas Taeyeon, 10.00 am-
“Taeng, kau sudah mengerjakan tugas Matematika mu?” Tanya Jinki yang hari ini kebetulan sekali duduk sebangku dengan Taeyeon.
Taeyeon memandang Jinki dengan polos. “Tugas yang mana lagi sih?” Jeritnya frustasi. Dipeganginya keningnya yang terasa sangat pening itu. “Tadi malam aku menangis heboh sampai-sampai tidak menyentuh buku pelajaran sama sekali..”
“Mwo? Memangnya kau habis kenapa sampai menangis?” Tanya Jinki penasaran.
Taeyeon diam saja. Ia menutup kedua matanya yang terasa lelah itu, lalu merebahkan kepalanya di meja. Tubuhnya capek. Butuh istirahat.
“Mau kemana?” Tanya Jinki lagi saat tiba-tiba saja Taeyeon bangkit berdiri dari mejanya.
“Unit kesehatan. Mau minta obat pusing,” jawabnya singkat kemudian segera berjalan keluar kelas.
***
“Ah..” Taeyeon meregangkan kedua tangannya sembari menyusuri koridor sekolah yang terasa sangat panjang itu. Dua butir tablet obat pusing dibungkus plastik sudah ada di saku kemejanya, dan satu di antara mereka sudah Taeyeon minum. Kepalanya sudah tidak begitu berat lagi, hanya saja tubuhnya masih terasa remuk dan pegal-pegal.
“…Jadi.. Yah, selama ini aku hanya menjadikannya pelarianku saja.”
Langkah Taeyeon terhenti mendengar suara yeoja yang sangat familiar di telinganya saat ia melewati sebuah kelas. Itu kan suara Sora? Buru-buru Taeyeon mendekatkan tubuhnya ke dinding luar kelas tersebut.
Terdengar suara tawa dari beberapa yeoja. Kemudian salah satu dari mereka menyahut. “Hahaha. Hebat sekali kau bisa mempermainkan ketua presiden sekolah itu.”
“Hm, tentu saja. Aku kan sudah tahu dari dulu dia sangat menggilaiku dan ingin sekali menjadi pacarku.”
“Tapi, Sora. Apakah kau tak takut kalau suatu hari nanti semua sandiwaramu ini ketahuan?”
“Untuk apa takut? Kan memang sejak awal aku tak pernah mencintainya. Kalau ketahuan, ya sudah. Biarkan saja. Toh Junsu juga sudah mulai cemburu karena aku sudah punya ‘pacar’ baru, hahahaha!” Sora tertawa kejam sambil menekankan kata ‘pacar’ di kalimatnya, diikuti tawa nyinyir dari teman-temannya.
“Lalu? Junsu mengajakmu menjadi pacarnya lagi?”
“Yea. Tepat. Sesuai rencana, Junsu cemburu berat dan akhirnya tadi malam ia memintaku menjadi pacarnya lagi. Ahahaha. Sepertinya aku harus cepat-cepat memutuskan namja bodoh itu.”
“Tapi, Sora.. Kau tidak merasa bersalah dengan Leeteuk..?” Celetuk seorang temannya. “Dia kan benar-benar cinta padamu. Masa kau mau langsung meninggalkannya dengan alasan Junsu memintamu menjadi pacarnya lagi?”
“Ah, itu sih gampang.” Tanggap Sora enteng. “Aku bilang saja kalau aku tak suka melihatnya terlalu dekat dengan yeoja kelas 1 yang merupakan teman masa kecilnya itu, lalu aku tinggal minta putus, deh. Gampang kan? Siapa nama yeoja manja itu? Emmm, Kim Taeyeon? Ahahaha!”
Telinga Taeyeon memanas. Bukan karena ejekan Sora tentang dirinya, namun karna ejekan Sora tentang Leeteuk yang ia sayangi itu. Seketika tubuh lemasnya itu menjadi menegang, dengan penuh emosi ia mendobrak pintu kelas itu. “CUKUP, KANG SORA!” Sentaknya. “Sejak awal aku sudah sangat membenci kehadiranmu! Dan ternyata selama ini dugaanku benar.. Kau hanya memanfaatkan Leeteuk Oppa untuk mengembalikan mantan pacarmu! Kau tahu, kelakukanmu itu sangat busuk!”
Sora dan teman-temannya terlihat kaget, kemudian dengan santai Sora berdiri di hadapan Taeyeon. Dengan tatapan dan senyum mengejek, ia berkata, “Oh, hai, Kim Taeyeon. Lama tak berjumpa. Hm.. Kurasa kau sudah mendengar semua pembicaraan kami, ya? AHAHAHA! Benar, Kim Taeyeon. Leeteuk Oppa kesayanganmu itu memang hanya aku perbuat sebagai pelarianku saja, sebagai alat agar mantan pacarku kembali padaku. Itu saja. Jadi.. Kau tak perlu khawatir, sayang. Setelah aku puas mendapatkan apa yang aku mau dengan memanfaatkan dirinya, kau boleh mengambil bekasku itu.”
PLAK!!! Dengan telak Taeyeon menampar pipi seniornya itu. “Kau memang benar-benar yeoja yang sangat jahat!!! Lihat saja kau, aku akan mengadukan semuanya pada Leeteuk Oppa!!!” Ancam Taeyeon.
Sora malah tertawa santai. “Apa Leeteuk mau mendengar dan mempercayai omongan dari anak kecil sepertimu..? Hei, Kim Taeyeon, namja bodoh itu lebih percaya padaku daripada padamu! Ahahahaha..”
Taeyeon benar-benar sudah dirasuki amarah yang berapi-api. “Kau.. Kau.. Kau benar-benar..” Tangan Taeyeon bergetar, ia ingin sekali menampar Sora lagi namun entah kenapa ia tidak bisa.
Sora tersenyum sinis. “Apa? Kau mau menamparku lagi? Hah? Tampar saja! Itu malah bisa menjadi bukti nyata yang membuat Leeteuk akan semakin membencimu karena kau berani menyakiti PACARnya ini! Ahahaha~”
Taeyeon memandang Sora dengan penuh kebencian. Tanpa berkata-kata ia langsung pergi dari kelas itu dengan penuh emosi.
***
-Rumah Leeteuk, 14.25 pm-
Leeteuk turun dari mobilnya saat ia melihat sosok seorang yeoja meringkuk di depan pagar rumahnya. Taeyeon..? Batin Leeteuk sambil menyipitkan matanya. Ia tampak mengenali yeoja itu, dan.. Itu Taeyeon?
“Sedang apa kau di sini?” Tanya Leeteuk sinis.
Taeyeon menengadah, menyadari kedatangan Leeteuk. Wajah yeoja itu kembali beruraian air mata. Leeteuk menghela nafas, “Oke. Apa yang sudah aku perbuat sampai-sampai kau menangis di depan rumahku seperti ini, huh?”
Brukk.. Taeyeon ambruk memeluk Leeteuk. Leeteuk diam tak membalas pelukan yeoja itu.
“Hiks.. Oppa…” Taeyeon terisak. Dengan suara serak dan mata berair Taeyeon menjelaskan semua yang sudah ia alami.
Seusai Taeyeon bercerita, ia mendongak menatap Leeteuk, menunggu responsnya. Tapi Leeteuk hanya diam, sama sekali tak ada respon apapun darinya.
“Oppa..” Taeyeon meletakkan tangannya di bahu Leeteuk kemudian meremas kemeja seragam sekolah Leeteuk. “Kenapa kau diam saja? Kau.. Kau tak percaya dengan ceritaku..?”
Leeteuk diam tak bergeming. Kemudian ia menatap Taeyeon dalam-dalam. Tatapannya.. Sulit dijelaskan. Tatapan kosong seakan tengah dirasuki sesuatu. “Taeng.. Berapa kali aku katakan padamu kalau Sora bukan yeoja seperti itu.”
Taeyeon melemas. Sekali lagiㅡLeeteuk tak percaya padanya. Ia terduduk, kemudian air matanya kembali mengalir. “Apa yang aku harus aku lakukan untuk membuatmu percaya padaku, Oppa..” Ucapnya lemas. “Aku sama sekali tidak bohong.. Sora.. Sora benar-benar bilang seperti itu padaku… Hu.. Hu.. Hiksss… Percayalah…”
Leeteuk menghela nafas, kemudian memandang Taeyeon lagi. Kali ini ia benar-benar merasa sangat kasihan melihat kondisi Taeyeon yang seperti itu. Leeteuk berjongkok, kemudian memegangi kedua pundak Taeyeon. “Taeng.. Kumohon. Jangan katakan hal-hal yang menjelek-jelekkan yeoja yang sangat kucintai itu. Aku.. Aku sangat mencintai Sora dan aku tak bisa berpaling darinya. Aku tahu, Taeng. Aku tahu kau begitu membencinya karena kau merasa Sora sudah merebutku darimu. Tapi.. Jujur, Taeng. Aku tidak suka kau mengarang-ngarang cerita seperti ini, mengatakan ia hanya memanfaatkanku, lah, apa lah..”
“TAPI AKU TIDAK MENGARANG CERITA, OPPA!” Jerit Taeyeon. “Aku.. Aku benar-benar mendengarnya dengan telingaku sendiri!!! Dia berkata seperti itu di depan mataku sendiri!!!”
Leeteuk terdiam. Tanpa berkata-kata ia berdiri, kemudian segera membuka pintu rumahnya kemudian menutupnya. Meninggalkan Taeyeon menangis sendirian di luar rumahnya.
***
-Kamar Leeteuk, 17.58 pm-
Leeteuk merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya yang bernuansa putih itu. Pikirannya sekarang tersita oleh keanehan Taeyeon.
Leeteuk menghela nafas. Apa benar semua yang dikatakan Taeyeon? Leeteuk tahu, Taeyeon bukan yeoja yang suka berbohong. Taeyeon terlalu polos untuk digambarkan sebagai yeoja pembohong. Tapi Leeteuk tak tega juga menganggap Sora sekejam dan sejahat yang Taeyeon tuturkan. Sora yeoja yang baik di matanya. Sora hanya seorang yeoja yang baru saja putus dari mantannya kemudian menyatakan cinta pada dirinya. Tapi.. Kenapa Taeyeon bilang bahwa Sora hanya menjadikan Leeteuk sebagai pelariannya saja..?
“Argh!” Leeteuk bangkit, kemudian duduk di pinggir tempat tidurnya. Diacak-acaknya rambut cokelatnya itu. Ia benar-benar bingung. Mana yang harus ia percayai..? Taeyeon teman masa kecilnya yang polos atau Sora kekasihnya yang sangat ia cintai itu..?
Kring… Ponsel Leeteuk berdering, memecah lamunan namja itu. Dengan cepat ia menyambar ponselnya kemudian memandangi layar ponselnya yang berkedip-kedip dengan nama Sora tertampang di sana. Dengan segera Leeteuk mengangkatnya. “Yeoboseoyo? Wae, chagi?”
“Teuk..” Suara Sora dari seberang sana terdengar sangat lemah.
Leeteuk terperanjat. “Sora? Waeyo? Apa yang terjadi? Kau kenapa?”
Terdengar isakan lemah dari seberang sana. “Sora?! Ada apa?” Tanya Leeteuk gusar.
Terdengar suara isakan lagi dari seberang. “Taeyeon, Teuk.. Huhuhu..”
Darah Leeteuk seakan mendidih mendengar Sora mengucapkan nama keramat itu. “Kenapa dengan Taeyeon? Lalu kenapa kau menangis, sayang? Hei?!”
Sora terisak. Isakannya menjadi lebih keras. “Tadi siang ia menamparku..”
“MWO?!” Seru Leeteuk. Taeyeon? Menampar Sora? Gadis polos itu menampar kekasihnya sendiri? Ini tidak bisa dibiarkan! “Bagaimana ia bisa menamparmu?!”
Sora terisak lagi. Suaranya semakin melemah. “Aku.. Hiks.. Aku tidak tahu, Teuk.. Aku shock, Teuk. Aku takut.. Dia kelihatannya sangat benci padaku.. Huhuhu.. Teuk.. Aku.. Aku mau putus saja.. Aku tidak kuat.. Dia pasti akan semakin membenci dan akan kembali menyiksaku kalau kita melanjutkan hubungan kita ini…”
BRAKKK!! Leeteuk menggebrak meja belajarnyaㅡemosi. “Sora, jangan bicara yang aneh-aneh! Aku tidak akan membiarkan hubungan kita ini berakhir hanya karena keegoisan anak kecil itu!”
Sora semakin menangis. “Tapi, Teuk.. Aku.. Uhukk..” Yeoja itu terbatuk. Kemudian ia melanjutkan kata-katanya. “Ah.. Sudahlah, Teuk. Aku tidak mau membicarakan ini.. Uhukk.. Aku sedang sakit. Aku sangat shock dengan kejadian tadi siang,” Klik. Telepon terputus.
“Sora? Sora?! SORA?!”
“Sial!” Leeteuk membanting ponselnya ke tempat tidur.
Leeteuk terengah-engah. “Kurang ajar Taeyeon. Berani sekali ia menyakiti Sora. Shit!”
Sayang sekali namja itu mempercayai ucapan dan air mata buaya Sora tanpa mengetahui kondisi asli yang terjadi di antara dua yeoja itu.
***
-Apartemen Sora, 15.01 pm-
Hari ini Sora tidak masuk. Leeteuk sangat khawatir dengan keadaannya. Pasti Sora masih shock dan takut kalau ia bertemu dengan Taeyeon di sekolah. Tapi Taeyeon juga tidak masuk hari ini, huh dia pasti merasa takut apabila bertemu denganku hari ini, batin Leeteuk geram.
Tingtong… Leeteuk menekan bel pintu apartemen Sora. Dipandanginya sekotak cokelat putih berpita di tangan kanannya dan sebuket bunga mawar putih di tangan kirinya. Lumayan, untuk menghibur Sora.
Sekitar 3 menit Leeteuk berdiri di depan pintu apartemen Sora tanpa ada jawaban, Leeteuk mulai merasa aneh. “Kenapa tidak dibuka? Apa dia tak ada di dalam?” Leeteuk memasukkan kotak cokelatnya di tasnya, kemudian menggerakkan gagang pintu itu, dan.. Krek. Terbuka! Leeteuk terkejut, kenapa pintunya tidak terkunci?
“Sora?” Leeteuk memanggil nama pemilik kamar itu. Dari pintu masuk itu Leeteuk dapat melihat sebuah ruanganㅡyang sepertinya kamar Soraㅡdengan pintu sedikit terbuka. Leeteuk tersenyum, kemudian ia menghampiri ruangan itu.
“Sora..” Bruk! Buket bunga di tangan Leeteuk terjatuh begitu kedua matanya mendapati pemandangan yang seakan membuat hatinya langsung tersayat. Sora.. Tengah berciuman panas dengan seorang namja di atas tempat tidur. Sora hanya memakai hotpants dan bagian atas tubuhnya hanya tertutup bra-nya, sedangkan namja yang berciuman dengannya itu shirtless dengan celana panjangnya. Bukankah.. Bukankah namja itu.. Kim Junsu..? Mantan pacar Sora..?
Wajah Leeteuk memanas, kedua manusia brengsek itu sama sekali tak menyadari kedatangannya. Tanpa ba-bi-bu, Leeteuk segera menarik Junsu hingga ciumannya dengan Sora terlepas lalu segera menghajarnya. BUK!!!!
Sora terkejut, kemudian, “Lee.. Leeteuk..?”
Leeteuk menoleh ke arah Sora dengan pandangan tajamnya. “Jadi begini kelakuanmu?! Kau bilang kau mencintaiku sejak lama, kau bilang kau sudah putus dengan namja brengsek ini, bahkan kau memiftnah Taeyeon sudah menamparmu?! Kau benar-benar yeoja MURAHAN!!!!” Umpat Leeteuk penuh emosi.
Sora malah tersenyum mengejek, kemudian dengan pandangan yang tak kalah sinis ia berdiri menghadap Leeteuk. “Lalu kau mau apa? Mau memutuskanku? Putuskan saja! Sejak awal aku memang tidak mencintaimu sama sekali. Aku hanya memanfaatkanmu sebagai alat agar aku bisa mendapatkan pacarku kembali, itu saja. Digunakan sebagai pelarian saja harusnya kau bersyukur, kan?”
PLAK!!! Leeteuk menampar pipi Sora. “Asal kau tahu saja, mulai sekarang aku tidak akan mau melihat wajahmu lagi, yeoja murahan!!! Kembalilah sana ke pacarmu yang sama murahannya denganmu ini!!! Bodoh sekali aku tidak mempercayai ucapan Taeyeon sedari dulu!”
Sora tertawa. “Memang sangat bodoh! Kau memang sangat bodoh, Teuk. Kau bahkan lebih percaya dengan semua kata-kataku daripada dengan yeoja polos dan bodoh bernama Kim Taeyeon itu.”
Leeteuk menatap Sora dengan penuh emosi. “Ka.. Kau.. Kau benar-benar..”
BUGH!!! Tiba-tiba Junsu menghajar punggung Leeteuk dari belakang. “ARGH!!!” Leeteuk menjerit. Rasa nyeri di punggung dan sakit di hatinya bercampur menjadi satu, membuat sensasi menyakitkan yang sangat amat perih. PLAK!!! Belum selesai rasa nyeri di punggungnya, pipinya terasa sangat panas dengan tamparanㅡoh, bahkan hajaran Junsu.
“Kau menganggu acaraku dengan Sora! Pergi kau!” Junsu segera menyeret tubuh tak berdaya Leeteuk itu keluar apartemen Sora kemudian ia menutup pintu dengan keras. Brak!!!
“Ah…” Leeteuk mengerang, dengan tenaganya yang tersisa ia berusaha berdiri. Punggungnya terasa semakin sakit, dengan sedikit terbungkuk ia berusaha berjalan menyusuri koridor apartemen itu. Matanya berkunang-kunang, belum lagi pipinya terasa sangat panas dan perihㅡbahkan sedikit lecet karena tamparan Junsu.
Tapi itu semua tidak sebanding dengan sakit di hatinya saat ia melihat Soraㅡyang saat itu masih berstatus sebagai kekasihnyaㅡberciuman panas dengan posisi dan kondisi tubuh seperti itu dengan namja lain…
***
-Kamar Teuk, 22.32 pm-
“Engh..” Leeteuk mengerjapkan kedua matanya, beradaptasi dengan cahaya lampu kamarnya. Kamar? Leeteuk baru menyadari bahwa ia sedang berbaring di kamarnya. Dan ini..? Leeteuk mengangkat lengan kanannya, ia sudah mengenakan piyama putihnya dan tubuhnya sudah terselimuti oleh selimut tebal berwarna putih kesayangannya. Saat ia menyentuh wajahnya, ia rasakan plester luka merekat di pipinya. Sebetulnya apa yang terjadi..? Kenapa tiba-tiba ia sudah berada di kamarnya dengan keadaan lukanya sudah terobati dan pakaiannya sudah rapi?
“Eh..?” Leeteuk terkejut melihat sosok yeoja yang sangat ia rindukanㅡTaeyeon, yang tengah tertidur dengan posisi terduduk di sebelah tempat tidurnya, dan kepalanya ia rebahkan di tempat tidur Leeteuk. “Ta.. Taeng..?”
Krek.. Pintu kamar Leeteuk terbuka. “Ibu..?” Gumam Leeteuk.
Ibu Leeteuk tersenyum. “Kau sudah bangun, Jungsoo..?” Ibu Leeteuk duduk di pinggir tempat tidur kemudian mengelus kepala anaknya itu.
“Aku.. Aku.. Kenapa.. Euh..?” Leeteuk tak tahu harus berkata apa.
Ibu Leeteuk tersenyum. “Kau pingsan tepat di depan rumah dengan penuh luka, dan saat itu kebetulan Taeyeon menemukanmu. Ia langsung memapahmu masuk ke rumah kemudian langsung mengobati lukamu bahkan menggantikan pakaianmu,” ucapnya sambil tertawa geli.
Leeteuk terdiam. “Taeyeon..? Taeyeon yang.. Mengobatiku..?”
Ibu Leeteuk mengangguk lagi. “Iya. Bahkan dia meminta izin Ibu untuk mengurusmu dan menjagamu semalaman sampai kau pulih. Lihat, dia sampai ketiduran karena terlalu lelah dan terlalu semangat mengurusmu.”
Cesss.. Leeteuk langsung merasa menjadi orang yang sangat jahat di dunia ini. Bodoh sekali ia mengabaikan perhatian dan cinta tulus Taeyeon yang selama ini selalu ada di sisinya.
“Ya sudah, kau istirahat saja dulu, Jungsoo.” Ibu Leeteuk menepuk-nepuk selimut Jungsoo kemudian segera berdiri dan keluar kamar.
“Ne..” Leeteuk mengangguk kecil.
Leeteuk mendudukkan tubuhnya perlahan-lahan. Dipandangnya Taeyeon yang tengah tertidur lelap itu. Ya Tuhan, kenapa Leeteuk baru menyadari sekarang ini kalau Taeyeon itu sangat manis..? Rambut cokelat sebahunya yang selalu ia gerai itu terlihat berkilauan di mata Leeteuk. Kulitnya yang putih susu seperti bayi, bibirnya yang tipis berwarna pink, dan kedua mata hitamnya yang sangat indah.. Betapa manisnya yeoja ini..
Perlahan terlukis senyum di bibir Leeteuk. Ia menyibak selimut putihnya dengan pelan-pelanㅡagar tak membangunkan Taeyeon. Ia berpindah ke sisi ranjang sebelah kiri, perlahan ia menarik Taeyeon ke pelukannya kemudian menggendongnya, lalu merebahkan tubuh mungilnya itu ke atas ranjang Leeteuk.
“Eng…” Tiba-tiba Taeyeon membuka kedua matanya perlahan. Leeteuk tersenyum, ia duduk di pinggir ranjang sambil membelai lembut rambut Taeyeon.
“Eh..? Eng..?” Taeyeon kebingungan melihat dirinya terbangun di ranjang Leeteuk. Dan lebih kaget lagi saat ia melihat Leeteuk duduk di sampingnya sambil membelai lembut rambutnya. “O.. Oppa..?! Ke.. Kenapa malah aku yang tidur di sini..?” Taeyeon mengucek-ucek kedua matanya, seakan belum sadar dari tidurnya.
Leeteuk tertawa geli melihat kebingungan Taeyeon. “Hihihi. Wae?”
Taeyeon ikut duduk di sebelah Leeteuk. “Ja.. Jangan jangan.. Jiwa kita tertukar ya?!” Serunya tiba-tiba kemudian dengan bloon nya ia mengetuk-ngetukkan kepalanya dengan kepala Leeteuk. “Bertukar! Bertukaaarrrrr!!!”
“Taeng..” Leeteuk tak bisa menahan tawanya saat ia melihat tingkah konyol Taeyeon. “Kau gila ya? Kita tidak bertukar jiwa, bodoh. Hihihihi, dasar aneh.”
Cesss.. Taeyeon langsung tersenyum malu. “E.. Ehehe.. Mi.. Mian, Oppa! Habisnya aku kaget. Lagian aku kan masih ngantuk…” Ucap Taeyeon polos. Ia meregangkan kedua tangannya kemudian menguap. “Oppa, gwenchana? Tadi luka Oppa banyak sekali, aku sampai khawatir karena Oppa pingsan ga bangun-bangun.”
Leeteuk tersenyum kecil. Satu kali lagi, ia dapatkan perhatian kecil dari Taeyeon. “Nan gwenchanayo, Taeng. Ah, terimakasih sudah mengobati luka-lukaku.”
Taeyeon mengangguk senang. “Sama-sama, Oppa! Hihihi.” Jawabnya. “Ngomong-ngomong Oppa habis ngapain kok sampai luka-luka gitu?” Tanya Taeyeon penuh kekhawatiran.
Leeteuk tersenyum tipisㅡnamun getir. “Aku.. ah, luka-luka ini tidak seberapa dengan luka di hatiku, Taeng…”
Taeyeon menaikkan alisnya. “Mwo? Maksud Oppa?”
Leeteuk menghela nafas, kemudian ia menyandarkan kepala Taeyeon di pundaknya kemudian ia merangkul bahu Taeyeon. “Tadi siang aku pergi ke apartemen Sora. Kau tahu apa yang aku dapatkan di sana..?”
Taeyeon menggeleng kecil di bahu Leeteuk.
Leeteuk menarik nafas dalam-dalam, kemudian, “Aku melihat dia bercumbu dengan mantannya… Ah, yang mungkin sekarang sudah menjadi pacarnya lagi,”
Taeyeon terkejut. “Ber.. Ber.. Bercum…bu..?”
Leeteuk mengangguk kecil sambil memejamkan kedua matanya. Hatinya kembali terasa sangat perih, dadanya sesak mengingat-ingat kejadian itu lagi. Ia semakin erat merangkul bahu Taeyeon. “Apa yang kau katakan selama ini benar, Taeng. Dia hanya menjadikanku pelariannya…” Air mata Leeteuk perlahan mengalir membasahi pipinya. “Bahkan lebih parah dari itu. Aku hanya sebuah alat yang ia gunakan untuk membuat cemburu mantannya agar mantannya itu kembali menjadi pacarnya lagi…”
Taeyeon tercenung.
“Sejak awal Sora memang tak mencintaiku sama sekali. Ia hanya mempermainkan perasaanku yang sangat mencintainya. Ia hanya ingin mantan pacarnya itu kembali padanya dengan memanfaatkanku…”
“O.. Oppa..” Taeyeon tak tega melihat tangis Leeteuk yang semakin deras.
Leeteuk memejamkan kedua matanya erat-erat, berusaha menahan air matanya. Namun yang ada air matanya malah mengalir semakin deras. “Bodoh sekali aku selama ini tak pernah percaya pada kata-katamu, Taeng…” Isak Leeteuk. “Andai sejak awal aku tak pernah bertemu dengan Sora, andai sejak awal aku tak pernah mencintainya hingga seperti ini.. Uh..”
“Bodoh sekali aku sama sekali tak melihat ketulusan cinta dari dirimu, Taeng. Sungguh. Bodoh sekali aku selama ini. Aku malah memberikan cinta tulusku pada yeoja yang sama sekali brengsek dan tak punya hati seperti Sora…”
“Dan bodohnya lagi sekarang aku hanya bisa menangis di depanmu, Taeng.. Bodoh…” Leeteuk terus-menerus mengumpatㅡmengata-ngatai dirinya bodoh.
Taeyeon memeluk Leeteuk erat. Kemudian berbisik. “Oppa.. Apa kau tahu..? Ibu ku bilang, laki-laki yang menangis itu bukan karena mereka lemah atau tak jantan. Tapi karena mereka punya hati yang lembut dan mudah tersentuh.”
Leeteuk memandang Taeyeon masih sambil berurai air mata. Mengapa..? Mengapa gadis ini tiba-tiba seperti membawakan perekat luka di hati Leeteuk yang terpecah-belah ini..? Mengapa..?
Taeyeon semakin erat memeluk Leeteuk. “Oppa… Uljima. Kau boleh saja menangis, tapi kau harus janji padaku kalau besok kau akan menunjukkan senyum maskulinmu itu padaku lagi. Aku selalu menunggu senyum Oppa yang sangat kusukai itu.” Ucap Taeyeon sambil tersenyum.
“Taeng..” Leeteuk mengusap rambut Taeyeon. “Maafkan aku yang selama ini tak pernah menyadari adanya dirimu.”
Taeyeon tersenyum. “Oppa.. Sebetulnya.. Mau secuek apapun Oppa padaku, mau sekasar apapun Oppa padaku, mau bagaimanapun Oppa, mau sebagaimana bersalahnya Oppa padaku, aku tidak pernah bisa tidak memaafkan Oppa…” Ucap Taeyeon pelan. “Aku selalu memaafkan Oppa dalam keadaan apapun. Bahkan aku rasa.. Oppa sama sekali tak bersalah. Ini hanya masalah waktu saja… Aku hanya bisa menunggu waktu di mana Oppa juga mencintaiku, entah itu kapan…”
Leeteuk mengusap air matanya, kemudian tersenyum lebar memandang Taeyeon. “Kim Taeyeon-ah.. Saranghae..”
Taeyeon terdiam. Ia menatap Leeteuk tak percaya. “A.. A.. A.. M.. Mwo..?” Tanyanya. “O.. Oppa.. Oppa cinta sama aku..?”
Leeteuk tersenyum geli, kemudian.. Chups! Ciuman pertama Taeyeon direbut oleh Leeteuk saat ia mendaratkan bibirnya di bibir mungil Taeyeon. “Nan jeongmal sarang-sarang-sarang-saranghae
Taeyeon langsung tersipu malu mendapatkan ciuman pertamanya itu. Ia mencubit lengan Leeteuk. “Oppa genit ah!”
Leeteuk tertawa lepas. Tawa yang ia pancarkan lagi setelah sekian lama tak ia bagikan dengan Taeyeon-nya itu. Ia pandangi lagi Taeyeon yang masih tersipu-sipu karena serangan bibir mendadaknya itu. Mulai detik ini, detik selanjutnya, besok, lusa, dan selamanya, ia akan mencoba mencintai seorang yeoja yang telah mengisi kehidupannya selama 17 tahun hidupnya itu. Seorang Kim Taeyeon. Kim Taeyeon yang polos dan seperti anak kecil, namun terkadang kata-katanya bisa menghibur dan menguatkan orang sedewasa apapun. Kim Taeyeon yang.. Ah, Kim Taeyeon milik-nya
-THE END-
Sumber : Fanfic-ALL-Korean-STAR
Untuk Lihat FanFiction Lainnya Bisa Ke Sini ^^ : Kumpulan FanFiction [UPDATE]
0 comments
Blogger Yang Baik Adalah Blogger Yang Meninggalkan Jejaknya... Thanks ^_^